Kasus Alzheimer (Sistem Saraf
Pusat)
Penyakit Alzheimer ini yang
menyerang Patty Smith, seorang konsultan penjualan top di BB&T bank di
Washington D.C. Usianya masih 49 tahun saat tiba-tiba performa kesehatannya
kian tenggelam. Dia meraba kata-katanya, lupa dengan janji, berhenti tiba-tiba
di tengah kalimat karena lupa apa yang dia ucapkan sebelumnya.
"Saya pikir itu karena stres,"
kata Smith. Memorinya yang tercerabut membuat pekerjaannya sebagai penjual jasa
bank pada nasabah korporasi hampir mustahil. Dia coba beristirahat sejenak
selama musim panas 2005. Tapi itu tidak membantu, kabut di otaknya tidak dapat
dihilangkan. Sekembalinya dari istirahat panjang, kinerja Smith tak membaik.
Dari seorang produsen kelas atas terjun bebas ke tingkat paling bawah.
November 2005, Smith yang telah
berusia 51 tahun tahu bahwa ia mengidap Alzheimer. Padahal, dia tidak punya
riwayat keluarga dengan penyakit otak yang tak dapat disembuhkan. Tidak ada
alasan sehingga dia dapat berurusan dengan penyakit yang biasa menyerang orang
lebih tua itu. Smith adalah satu dari setengah juta orang di Amerika yang
mewakili orang dengan Alzheimer yang tak begitu terlihat.
Analisa Kasus
Angka
kejadian Alzheimer
terus meningkat dari tahun ke tahun dan diproyeksikan meningkat hampir dua kali lipat setiap 20 tahun. Pemerintah terus berusaha untuk menurunkan
angka kejadian Alzheimer, salah satunya dengan melakukan pendeteksian. Akan tetapi pendeteksian alzheimer
saat ini masih terbatas karena
tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Untuk itu dicari metode
pendeteksian yang terbaik di berbagai literature. Deteksi dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan
serum darah menggunakan penanda
biologi (biomarker). Penelitian
mengenai
biomarker
menunjukkan efektivitas dan efisiensi
yang cukup baik dalam pendeteksian dini alzheimer. Biomarker yang
dapat digunakan yaitu N- acetyl aspartate acid (NAA), Serum α1 – antikimotripsin (ACT), β-Amyloid, Tau-protein, dan
miRNA-146a. Biomarker miRNA-146a dinilai memiliki potensi
untuk digunakan karena memiliki sensitivitas
90% dan spesifisitas 100%.
Gejala Alzheimer :
A. Penyakit Alzheimer (AD)
ditandai dengan demensia yang
biasanya dimulai
dengan penurunan
daya ingat,
penurunan
kemampuan mengenali sesuatu yang perlahan menjadi
semakin parah akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya
progresif atau perlahan-lahan hingga akhirnya penderita
menjadi tidak mampu mengingat
dan mengenali sesuatu. Tanda lainya yaitu kebingungan, penilaian yang
buruk, gangguan
berbicara,
agitasi,
penarikan diri, dan halusinasi (Aguila, et al.,
2015). Demensia alzheimer jug ditandai dengan
atrofi dan gliosis progresif dari lobus temporal
dan
hipokampus
lalu disertai oleh korteks lain yang berhubungan dan
akhirnya pada korteks motor primer
dan
sensorik. Demensia
alzheimer
memiliki karakteristik
histopatologi,
yaitu ditemukannya deposit eosinofilik
ekstraseluler amiloid yang terdiri dari peptida Aβ
(produk bersihan APP) yang disebut plak amiloid serta agregat intraneuronal dari mikrotubule terkait protein (neurofibrillary tangles).
Terdapat 2 bentuk kelainan
histopatologi pada alzheimer,
agregasi ekstraseluler
neuritic plaque
(senile plaque)
dan neurofibrillary tangles (NFTs) pada regio otak tertentu. NFTs merupakan akumulasi intraseluler
dari hyperphosphorylated atau
protein. Neuritic plaque merupakan deposit tidak larut dari peptida
beta amyloid (Aβ) yang diturunkan dari
APP.
Usia,
riwayat keluarga, dan genetik. Penuaan merupakan faktor risiko terbesar
terhadap kejadian alzheimer. Kebanyakan orang usia 65 tahun atau lebih tua
memiliki risiko yang lebih tinggi. Seseorang dengan riwayat
orangtua, saudara laki-lakI maupun perempuan
dengan penyakit alzheimer
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit alzheimer. Selain usia
dan riwayat keluarga, genetik (herediter) berperan penting dalam peningkatan
faktor risiko demensia alzheimer dimana terdapat dua jenis gen yang berperan
dalam perkembangan alzheimer. Kedua jenis gen tersebut adalah gen risiko dan
gen determinan. Gen
risiko
hitam)
dan neuritic plaque (tanda panah putih) Polimorfisme pada amyloid precursor
protein (APP) yaitu presenilin-1 (PSEN-1) dan presenilin-2 (PSEN-2) berhubungan dengan
kerentanan terhadap penyakit alzheimer onset cepat. Sedangkan apolipoprotein E
varian ε4 (ApoE) sangat berhubungan dengan peningkatan risiko
penyakit alzheimer onset meningkatkan kemungkinan perkembangan
penyakit namun tidak menjamin terjadinya penyakit, yaitu apolipoprotein E ε4.
Sedangkan gen determinan secara langsung menyebabkan demensia alzheimer,
terdiri dari tiga protein yaitu amyloid precursor protein (APP), presenilin-1
(PSEN-1), dan presenilin-2 (PSEN-2)
B. Penyakit alzheimer
yang disebabkan oleh lambat.
Penelitian neuroanatomi
otak klasik pada pasien dengan
penyakit Alzheimer menunjukkan adanya
atrofi dengan pendataran sulkus
kortikalis dan pelebaran ventrikel serebri. Gambaran mikroskopis klasik
dan patognomonik dari
demensia tipe Alzheimer adalah
plak senilis,
kekusutan serabut neuron, neuronal loss (biasanya ditemukan pada korteks
dan hipokampus), dan degenerasi granulovaskuler pada sel saraf. Kekusutan
serabut neuron (neurofibrillary tangles) terdiri dari elemen sitoskletal dan
protein primer terfosforilasi, meskipun jenis protein sitoskletal lainnya dapat
juga terjadi. Kekusutan serabut neuron tersebut tidak khas ditemukan pada
penyakit Alzheimer, fenomena tersebut juga ditemukan pada sindrom Down,
demensia pugilistika (punch-drunk syndrome) kompleks Parkinson-demensia Guam,
penyakit Hallervon-Spatz, dan otak yang normal pada seseorang dengan
usia lanjut. Kekusutan serabut neuron biasanya ditemukan
di daerah korteks, hipokampus, substansia nigra, dan lokus sereleus. Plak
senilis (disebut juga plak
amiloid), lebih kuat
mendukung untuk diagnosis
penyakit Alzheimer meskipun plak senilis tersebut juga ditemukan pada sindrom
Down dan dalam beberapa kasus ditemukan pada proses penuaan yang normal.
Mutasi pada
gen berikut ini menyebabkan terjadinya demensia alzheimer
dominan autosomal onset cepatyaitu gen amyloid
precursor protein (APP)
pada kromosom 21, gen presenilin-1 (PSEN-1) pada kromosom 14, dangen
presenilin-2 (PSEN-2) pada kromosom 1.Ketiga gen tersebut mengarah kepada kelebihan
produksi bentuk peptida asam
amino 42 daripada bentuk asam amino 40. Hal ini mengakibatkan terjadinya
kematian neuron, kehilangan sinapsis dan pembentukan NFTs dan SPs. Genotip
apolipoprotein E ε4 tanpa polimorfisme pada gen yang lain ditemukan berhubungan
dengan demensia alzheimer onset lambat.10
Gen
untuk protein prekusor amiloid terletak pada lengan panjang kromosom 21. Proses
penyambungan diferensial, dihasilkan empat
bentuk protein prekusor
amiloid. Protein beta/A4,
yang merupakan konstituen utama dari plak senilis, adalah
suatu peptida dengan 42-asam amino yang merupakan hasil pemecahan dari
protein prekusor amiloid. Pada kasus sindrom Down (trisomi
kromosom 21) ditemukan tiga cetakan gen protein prekusor amiloid, dan pada
kelainan dengan mutasi yang terjadi pada kodon 717 dalam gen protein prekusor
amiloid, suatu proses patologis yang menghasilkan deposit
protein beta/A4 yang berlebihan.
Pencegahan:
1.
Mengkonsumsi makanann yang memiliki
kandungan antioksidan tinggi
Cara pencegahan yang pertama adalah
dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mempunyai kandungan antioksidan. Zat
ini bisa membantu menjaga kondisi kesehatan otak Anda. Anda bisa menemukan
beberapa buah yang mengandung antioksidan seperti pada anggur dan buah berry.
2.
Kurangi asupan lemak
Asupan lemak yang berlebihan dan masuk ke tubuh bisa
menyebabkan terjadi berbagai penyakit seperti stroke, jantung dan juga
Alzheimer. Walaupun lemak juga dibutuhkan untuk tubuh sebagai salah satu
cadangan energy, tetap saja jika Anda mengkonsumsi secara berlebihan sangatlah
dilarang. Lemak yang terlalu berlebihan dalam tubuh bisa membuat kinerja sel
otak tida efisien
3.
Berolah raga dengan rutin
Anda bisa mulai melakukan olah raga setidaknya hanya 20
menit/hari. Tidak usah olah raga yang berat, Anda bisa berjalan santai atau
jogging di pagi hari. Olaharga adalah salah satu tindakan anti inflamasi yang
bisa menghindari adanya kerusakan otak. Olah raga juga bisa mencegah terjadinya
jantung coroner.
4.
Terus mengasah kemampuan otak
Saat usia sudah memasuki usia 30 tahu, otak akan mulai
mengalami penyusutan. Akibatnya daya ingat akan semakin berkurang. Untuk tetap
mempertahankan ketajaman ingat dan berpikir, usahakan Anda terus belajar saat
usi tersebut. Perbanyaklah membaca sehingga wawasan Anda akan semakin bertambah
dan ingatan Anda semakin terjaga.
5.
Kurangi asupan gula dalam tubuh
Konsumsi gula yang sangat berlebihan juga bisa mengakibatkan
terjadinya resistensi pada kinerja hormone insuli. Sehingga otak akan mengalami
gangguan dan juga bisa menyebabkan terkenan Alzheimer, resikonya juga akan
semakin tinggi.
6.
Mengolah makanan sendiri
Dengan cara ini, Anda bisa memastikan dan juga mengetahui
apa saja yang sudah masuk dalam tubuh Anda. Kandungan gizi dan seberapa
higienisnya makanan juga bisa Anda atur sendiri. Karena bagaimanapun juga, Anda
bertanggung jawab pada kesehatan Anda sendiri.
7.
Jagalah kesehatan gigi Anda
Mulut adalah awal kemunculan sebuah penyakit. Sebab mulut
adalah tahap awal saat makanan akan dicerna lebih lanjut. Sehingga ada baiknya
Anda menjaga kesehatan gigi. Gigi yang kotor akan mengandung banyak sekali
bakteri sehingga resiko terkenan infeksi bakteri ke otak cukup besar. Infeksi
ini bisa menyebabkan turunya daya ingat seseorang.
8.
Konsumsi kayu manis
Untuk melakukan pencegahan pada penyakit Alzheimer
selanjutnya, Anda bisa mengkonsumsi rempah-rempah kayu manis. Bahan yang biasa
digunakan untuk rempah-rempat ini sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
pada Alzheimer. Didalam kayu manis terdapat kandungan antioksidan dan juga
vitamin yang dapat mempertahankan kekebalan tubuh dan mengatur tingkat kadar
glukosa dalam darah. Sehingga aliran darah ke otak akan semakin lancar.
9.
Mengkonsumsi wortel dan tomat
Selanjutnya adalah woretl dan tomat. Jenis buah ini bisa
menjadi pencegah terjadinya Alzheimer. Didalamnya terdapat kandungan berta
karotine yang bermanfaat untuk antioksidan dalam tubuh dan menghilangkan racun
dan juga bakter. Beta karotine juga sangat bisa menjadi penangkal adanya
radikal bebas yang akan masuk ke otak.
10. Kenali
tanda-tandanya
Gejala wala azheimer bisa berupa keselahan yang kecil,
seperti salah saat menilai jarak, kebingungan, penciuman yang mulai
terganggung, memeberikan pertanyaan sama berulang kali dan lain lain. Jika Anda
sudah merasa bahwa ada hal yang aneh pada diri Anda sendiri, ada baiknya segera
memeriksakan diri ke dokter agar segera menemukan masalah dan ditangani dengan
tepat.
Sumber:
SEBAGAI DETEKSI DINI YANG EFEKTIF
UNTUK ALZHEIMER, Hidayatun Nisa1, Rano K. Sinuraya, Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran
Jurnal Faktor Risiiko Demensia Alzheimer
-KanditaMahran Nisa, Rika Lisiswanti Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20140915133910-255-3314/alzheimer-tak-cuma-penyakit-lansia
Komentar
Posting Komentar