1.
Percobaan
Nama percobaan
Nama subjek percobaan
Tempat percobaan
a.
Tujuan percobaan
b.
Dasar teori
c.
Alat yang digunakan
d.
Jalannya percobaan
e.
Hasil percobaan
f.
Kesimpulan
g.
Daftar pustaka
|
: Indera penglihatan 2
: Buta warna
: Anzai Novitasari
: Laboratorium Psikologi Faal
: Untuk mengetahui apakah
seseorang menderita buta warna atau tidak.
: Buta warna merupakan penyakit yang ditentukan oleh gen
resesif yang terpaut pada kromosom X (Xc)
Terdapat dua macam buta warna yaitu buta warna parsial dan buta warna
total. Buta warna parsial adalah buta warna yang tidak dapat membedakan
warna-warna tertentu saja, misalnya merah dan hijau. Buta warna total terjadi
apabila seseorang tidak dapat membedakan semua jenis warna sehingga terlihat
tampak berwarna hitam putih. Untuk mengatahui apakah seseorang mengalami buta
warna atau tidak bisa dilakukan dengan cara uji Ishihara. Setiap uji terdiri
atas seri kartu (pseudoisokromatik) tempat terdapat lapangan warna yang
berisi titik-titik warna tertentu yang “membingungkan”. Didalam kartu
ishihara tersebut terdapat latar belakang yang terdiri dari titik-titik berwarna
dan terdapat huruf atau simbol didalamnya. Pada test ini diminta untuk
menyebutkan angka atau simbol yang terlihat. Individu yang memiliki
penglihatan normal mampu melihat nomor atau huruf pada setiap lempeng,
sementara individu yang mengalami dafek penglihatan warna tidak dapat melihat
satupun nomor atau huruf tersebut (defek monokromatik), atau hanya dapat
mengidentifikasi beberapa diantaranya, bergantung pada tipe konus yang
mengalami dafek.
: Kartu atau buku uji Stilling Isihara dan
Stilling Isihara I.
:
Ada percobaan buta warna, pratikan diminta menjawab 20 soal yang telah
disediakan dengan menggunakan komputer dan jika semua soal telah terjawab
klik submit all and finish maka hasilnya akan terlihat.
: Hasil percobaan
1.1 Time : 3 min 23 sec.
Mark : 18/20
Grade : 9 out a maximum of 10 (90%).
Hasil
sebenarnya
1.1 Tidak ada hasil sebenarnya.
:
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan dan
diketahaui bahwa seseorang yang mengalami buta warna dapat diketahui dengan
cara melakukan test Ishihara.
: Burnside dan
McGlynn Adam Diagonsa Fisik, 1990.Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGG
Ensiklopedia Keperawatan. (2005).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Furqonita, Deswaty S.Si dan Biomed, M.
(2008).
|
2.
Percobaan
Nama percobaan
Nama subjek percobaan
Tempat percobaan
a.
Tujuan percobaan
b.
Dasar teori
c.
Alat yang di gunakan
d.
Jalannya percobaan
e.
Hasil percobaan
f.
Kesimpulan
g.
Daftar pustaka
|
: Indera penglihatan 2
: Bintik Noda Buta
: Anzai Novitasari : Laboratorium Psikologi Faal
: Untuk mengetahui jarak
(dalam cm) bintik buta seseorang serta menentukan letak proyeksi bintik buta
:
Pada
bagian belakang mata tepatnya dibagian khoroid mata terdapat sel-sel reseptor.
bagian ini disebut retina, pada bagian bawah retina terdapat cakram optik
(Bintik Buta), yang menghubungkan saraf optik dengan mata. Apabila implus
dari luar jatuh pada bagian ini cahaya yang masuk tidak akan terdeteksi.
Bintik Buta tempat serabut saraf yang berasal dari retina yang meninngalkan
bola mata menuju ke otak. Dibagian bintik buta tidak ada bagian sel sensorik.
Jika bayangan jatuh tepat didaerah bayangan ini kita tidak dapat melihat
benda tersebut. Bagian bintik buta ini juga disebut tempat saraf optik meninggalkan
bagian pada bola mata, pada bintik buta ini tidak peka terhadap cahaya karena
tuidak mengandung sel konus dan mengandung sedikit sel batang.
: Kertas hitan dengan tanda
lingkaran dan tanda plus berwarna putih, penggaris atau meteran.
: Kertas yang sudah di
sediakan kita pegang lalu kita jauhkan tangan kita sampai lurus dengan
menutup mata sebelah kanan lalu lihat gambar yang arahnya bersilangan dengan
mata yang kita tutup lalu dekatkan kertas tersebut secara perlahan lalu
tunggu sampai gambar yang kita lihat hilang lalu di ukur berapa titik
hilangnya. lalu dekatkan lagi arah mata sampai muncul lagi gambar tersebut lalu di
ukur titik munculnya, dan lalu ulang seperti di atas dengan
menutup mata yang sebelah kiri.
: Hasil
percobaan
1.1 Mata kanan
Titik hilang : 35
Titik muncul : 24
1.2 Mata Kiri
Titik hilang : 33
Titik muncul : 23
Hasil
sebenarnya
1.1 Tidak ada hasil sebenarnya.
:
Pada
bagian bawah retina terdapat bintik buta yang menghubungkan saraf optik
dengan mata. Apabila implus jatuh pada bagian ini maka cahaya tidak akan
terdeteksi. Ini terjadi karena tidak terdapatnya sel kerucut dan hanya
terdapat sedikit sel batang. Pengujian bintik hitam ini bisa dilakukan dengan
menggunakan kertas yang sudah digambar bulat dan plus pada sampingnya pada
mat subjek untuk mengukur titik temu dan titik hilang seseorang.
: Puspitawati,
I. (2012). Psikologi faal. Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya.
Suwarno. (2009). Panduan belajar biologi
SMA/MA kelas XI. Jakarta: Pusat
Pembukuan, Departemen Nasional.
Widayati, S. (2007). Biologi sma/ma kelas XI.Jakarta: Departemen
Pembukuan,Departemen Pendidikan Nasional.
|
3.
Percobaan
Nama percobaan
Nama subjek percobaan
Tempat percobaan
a.
Tujuan percobaan
b.
Dasar Teori
c.
Alat yang digunakan
d.
Jalannya percobaan
e.
Hasil percobaan
f.
Kesimpulan
g.
Daftar pustaka
|
: Indera
penglihatan 2
: Percobaan
Maxwell
: Anzai
Novitasari
: Laboratorium
Psikologi Faal
:
Untuk membuktika adanya kelambatan (delay) retina, terjadinya percampuran
warna secara subjektif serta kontras yang simultan..
: Teori oponen di
temukan oleh ewald hering (1878),ia mengatakan bahwa terdapat dua golongan
sel yang berbeda dalam sistem visual untuk mengkode warna dan satu golongan
sel yang lain yang mengkode brightness.
Hipotesis hering, bahwa masing-masing golongan sel mengkode dua persepsi
warna komplementer (pasangan warna yang menghasilkan warna putih dan abu-abu
bila dikombinasikan dengan ukuran yang sama, misalnya cahya hijau dan merah).
Salah satu sel pengkode warna memberikan sinyal warna dengan mengubah
aktivitasnya di arah tertentu (misalnya hiperpolarisasi). Golongan sel lainnya
dihipotensikan memberi sinyal biru dan komplementernya serta kuning dan
oponennya yang sama, dan sebuah golongan sel pengkode brightness
dihipotesiskan memberi sinyal yang sama yaitu hitam dan putih. Sel batang
berjumlah 125 juta, berbentuk tinggi dan ramping, sel ini mendeteksi cahaya
remang (pada malam hari). Namun, sel batang tidak bisa melihat warna. Dengan
kata lain, hanya warna hitam putih saja yang diterima. Di dalam sel batang
terdapat pigmen peka cahaya rhodopsin. Rhodpsin merupakan senyawa yang
terbentuk dari vitamin A yang mudah terkena bila terkena sinar terang.
Sejumlah 6,7 juta sel kerucut berbentuk lebih pendek dan lebar, selain itu,
sel kerucut mengumpul dibagian belakang, tepatnya bintik kuning atau fovea .
fovea berfungsi sebagai tempat jatuhnya bayangan
: Alat pemutar Maxwell:
Kertas lingkaran dengan sector putih hitam : Kertas lingkaran berwarna merah,
hijau, kuning, biru dan
ungu, Kertas Lingkaran Hitam putih dengan jari-jari lebih kecil serta kertas
lingkaran berwarna merah,hijau kuning, biru dan ungu yang diselingi garis
hitam tebal.
:
Subjek
melihat kertas yang sudah diberi campuran beberapa warna pada komputer
laboratorium, lalu subjek akan menebak campuran warna yang ditampilkan pada
layar komputer setiap tebakan yang benar akan mendapat poin atas itu.
: Hasil
percobaan
1.1 Time teken : 5 min 32 sec
Mark : 0/5
Grade : 0 out of
a maximum of 10 (0%)
Hasil
sebenarnya
1.1 Tidak ada hasil sebenarnya.
: Terdapat
dua golongan sel yang berbeda dalam sistem visual untuk mengkode warna dan
satu golongan sel yang lain yang mengkode brightness.
Salah satu sel pengkode warna memberikan sinyal warna dengan mengubah aktivitasnya di arah tertentu misalnya (hiperolarisasi).golongan
sel lainnya dihipotensikan memberi sinyal biru dan komplementernya serta
kuning dan oponennya yang sama, dan sebuah golongan sel pengkode brightness
dihipotesiskan memberi sinyal yang sama yaitu hitam dan putih
:
Puspitawati,
I. (2012). Psikologi faal. Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya.
Suwarno.
(2009). Panduan belajar biologi
SMA/MA kelas XI. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Widayati, S. (2007). Biologi SMA/MA kelas XI.Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
|
4.
Percobaan
Nama percobaan
Nama subjek percobaan
Tempat percobaan
a.
Tujuan percobaan
b.
Dasar Teori
c.
Alat yang digunakan
d.
Jalannya percobaan
e.
Hasil percobaan
f.
Kesimpulan
g.
Daftar pustaka
|
: Indera Penglihatan 2
: Horizontal
Lines Parallel
: Anzai
Novitasari
: Laboratorium
Psikologi Faal
: Untuk mengetahui
balok-balok yang terlihat tidak sejajar sebenarnya sama lebarnya.
: Lensa mata bersifat
transparan dan elastis berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk dan
memfokuskan bayangan benda pada retina. Lensa mata manusia cembung sehingga
bayangan yang dihasilkan adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Sel kerucut
sangant peka terhadap cahaya dengan intensitas tinggi, dan peka terhadap
spektrum cahaya. Oeh karena itu, sel kerucut berperan untuk pengelihatan pada
siang hari (fotopik), juga berfungsi untuk membedakan warna. Sel kerucut
mempunyai sel pigmen pengelihatan yang tersususn dari fotopsin dan retinal.
Kombinasi fotopsin dan retinal menyebabkan sel kerucut dapat menyerap warna.
Ada tiga macam kombinasi fotopsin retinal, dan masing-masing peka terhadap
zat warna yang berbeda, yaitu warna hijau, merah, dan biru.pigmen pada
kerucut baru terurai menjadi fotpsin dan retinal pada intensitas cahaya
tinggi, dan proses berlangsung sangat cepat.
: Kertas bergambar balok yang
tersusun tidak sejajar.
: Dari jarak dekat dan
jauh, perhatikan secara seksama apakah balok-balok tersebut memiliki ukurang
yang sama atau tidak
: Hasil pecobaan
1.1 Sama lebar
Hasil
sebenarnya
1.1 balok-balok tersebut lebarnya sama.
:
Lensa
mata bersifat transparan dan elastis untuk membiaskan cahaya. Lensa mata
manusia cembung sehingga bayangan yang dihasilkan adalah nyata, terbalik, dan
diperkecil. Dengan menggunakan kertas berisi balok yang seperti diseburtkan
dibagian alat percobaan. Maka akan diketahui hasilnya.
: Hartono, I dan Murtiningsih. (2007). Biologi
untuk
sma/ma kelas XI. Jakarta:
PT
Grasindo.
Purwianingsih,W.(2009). Biologi 2
kelas IX
sma&ma. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen
Nasional.
Puspitawati, I. (2012). Psikologi faal. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
: :
|
5.
Percobaan
Nama percobaan
Nama subjek percobaan
Tempat percobaan
a.
Tujuan percobaan
b.
Dasar teori
c.
Alat yang digunakan
d.
Jalannya percobaan
e.
Hasil percobaan
f.
Kesimpulan
g.
Daftar pustaka
|
: Indera
Penglihatan 2
: Black Dots
: Anzai Novitasari
: Laboratorium Psikologi Faal.
: Untuk membuktikan berapa banyak bulatan hitam yang
dapat dilihat dari bulatan-bulatan putih yang terletak di sudut kotak hitam.
:
Menurut Ganong (2008), mata mengubah energi dari spektrum
yang dapat terlihat menjadi potensial aksi di saraf optikus. Bayang
suatu benda di dalam lingkungan difokuskan di retina. Berkas cahaya yang
mencapai retina akan mencetuskan potensial di dalam sel kerucut dan batang.
Impuls yang timbul di retina dihantarkan ke korteks serebri, tempat impuls tersebut
menimbulkan sensasi.
Menurut Plotnik (dalam buku
Basuki, 2008), terdapat 4 macam ketetapan persepsi yaitu ukuran kecerahan,
bentuk dan warna. Salah satunya adalah persepsi kontansi bentuk (shape
constancy) mengacu pada kecenderungan merasakan adanya kesamaan bentuk,
walaupun dilihat dari sudut yang berbeda, bentuk ini terus-menerus berubah
pada kesan di retina. Selain itu ada persepsi konstansi kecerahan (brightness
constancy) yang mengacu pada kecenderungan untuk merasakan kecerahan yang
tetap sama dalam penerangan yang berubah. Ada juga persepsi konstansi warna (color
constancy) yang mengacu pada kecenderungan untuk merasakan warna yang
tetap stabil walaupun dalan cahaya yang berbeda.
Menurut Carlson (2003), korteks
visual terdiri dari korteks striate dan dua aliran asosiasi korteks visual.
Aliran ventral, yang berakhir dengan korteks temporal rendah, terlibat dengan
persepsi objek. Lesi daerah ini mengganggu persepsi objek visual. Juga,
neuron tunggal dalam korteks temporal rendah merespon terbaik untuk
rangsangan kompleks dan terus melakukannya bahkan jika objek tersebut akan
dipindahkan ke latar belakang yang berbeda, atau sebagian tersembunyi. Aliran
dorsal, yang berakhir dengan posterior parietal cortex, yang terlibat dengan
persepsi gerakan, lokasi, perhatian visual, dan pengendalian gerakan
mata dan tangan. Setidaknya ada dua lusin subregional yang berbeda dari
korteks visual, diatur dalam mode hirarkis. Setiap analisis karakteristik
tertentu informasi visual dan pasess hasil analisis ini ke daerah lain dalam
hirarki.
Menurut Puspitawati (2014),
terjadinya bayangan di retina dan timbulnya impuls syaraf untuk dikirim
ke fissura calcarina menyangkut
perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan bacillus. Bayangan yang terjadi di
retina dibandingkan objeknya adalah lebih kecil, terbalik, hitam, dan dua
dimensi. Pengelolahan informasi penglihatan dalam retina menyangkut
pembentukan 3 bayangan. Bayangan pertama dibentuk oleh efek cahaya pada fotoresptor diubah menjadi
bayangan kedua dalam sel-sel bipolar lalu
diubah lagi menjadi menjadi bayangan ketiga dalam sel-sel ganglion. Pada pengubahan bayangan
kedua impuls diubah oleh sel horizontal,
pada pembentukan bayangan ketiga impuls diubah oleh sel amacrin. Pada corpus geniculatum laterale hampir
tidak terjadi perubahan pola impuls, sehingga bayangan ketiga mencapai lobus occipitalis. Pada lobus occipitalis terjadi
fungsi kedua bayangan dari dari mata kanan dan kiri, yang artinya kedua
bayangan tadi diolah menjadi satu bayangan dalam kesadaran manusia. Di bagian
ini terjadi kesadaran bahwa objek yang dilihat jika dibandingkan dengan
bayangan di retina adalah lebih besar, tegak, 3 dimensi dan berwarna-warni.
Penipuan penglihatan dapat terjadi jika sinar yang masuk tidak jatuh pada
bagian sentral dari retina. Penipuan penglihatan ini disebut
fenomena fosfen.
Untuk membuktikan fenomena tersebut dapat digunakan percobaan black dots. Percobaan
itu memiliki tujuan untuk membuktikan ada berapa banyak titik hitam yang terlihat
di sudut kotak putih.
: Kertas bergambar kota-kotak hitam dan ditiap sudut ada bulatan putih.
:
Subjek
diberikan kertas bergambar kotak-kotak hitam dari tiap sudut ada bulatan
putih. Kemudian subjek menganalisis apakah terdapat bulatan hitam atau tidak
dan seberapa banyak.
: Hasil
percobaan
1.1 Bulatan hitamnya tak terhingga
Hasil
sebenarnya
1.1 Jumlah bulatan tak terhingga.
: Sistem
penglihatan seseorang dipengaruhi oleh persepsi. Salah satunya dalam
percobaan ini, black dots merupakan percobaan sistem penglihatan
yang dipengaruhi oleh persepsi subjektif countours. Jika
menurut Plotnik, terdapat empat macam ketetapan persepsi yaitu ukuran,
bentuk, kecerahan, dan warna. Persepsi setiap orang berbeda-beda.
: Basuki, M. H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Carlson, N. R. (2003). Physiology of Behavior. New
York: Pearson.
Ganong, W. F. (2008). Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
|
6.
Percobaan
Nama percobaan
Nama subjek percobaan
Tempat percobaan
a.
Tujuan percobaan
b.
Dasar teori
c.
Alat yang digunakan
d.
Jalannya percobaan
e.
Hasil percobaan
f.
Kesimpulan
g.
Daftar putsaka
|
: Indera penglihatan 2
: Lingkaran yang sama atau beda
: Anzai Novitasari
: Laboratorium Psikologi Faal
: Untuk membuktikan dua buah
lingkaran putih yang dikelilingi bulatan-biulatan putih yang lebih kecil dan
lebih besar adalah sama atau tidak.
: Menurut Ganong
(2008), mata mengubah energi dari spektrum yang dapat terlihat menjadi
potensial aksi di saraf optikus. Bayang suatu benda di dalam lingkungan
difokuskan di retina. Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan
potensial di dalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di retina
dihantarkan ke korteks selebri, tempat impuls tersebut menimbulkan sensasi.
Menurut Plotnik (dalam buku
Basuki, 2008), terdapat 4 macam ketetapan persepsi yaitu ukuran kecerahan,
bentuk dan warna. Salah satunya adalah persepsi kontansi ukuran (size
constancyi), yang mengacu pada kecenderungan merasakan bahwa ukuran
objek tetap sama, bahkan ketika terkesan yang ada pada retina terus-menerus
berkembang atau menyusut. Sebagai misalnya, mobil yang sedang melaku menjauh,
menjadi lebih kecil pada kesan di retina. Walaupun kesan di retina menjadi
lebih kecil, mobil tadi tidak dirasakan berubah karena adanya keajegan
ukuran. Dan selanjutnya ada persepsi kontansi bentuk (shape constancy)
mengacu pada kecenderungan merasakan adanya kesamaan bentuk, walaupun dilihat
dari sudut yang berbeda, bentuk ini terus-menerus berubah pada kesan di
retina.
Menurut Carlson (2003), korteks
visual terdiri dari korteks striate dan dua aliran asosiasi korteks visual.
Aliran ventral, yang berakhir dengan korteks temporal rendah, terlibat dengan
persepsi objek. Lesi daerah ini mengganggu persepsi objek visual. Juga,
neuron tunggal dalam korteks temporal rendah merespon terbaik untuk
rangsangan kompleks dan terus melakukannya bahkan jika objek tersebut akan
dipindahkan ke latar belakang yang berbeda, atau sebagian tersembunyi. Aliran
dorsal, yang berakhir dengan posterior parietal cortex, yang terlibat dengan
persepsi gerakan, lokasi, perhatian visual, dan pengendalian gerakan
mata dan tangan. Setidaknya ada dua lusin subregional yang berbeda dari korteks
visual, diatur dalam mode hirarkis. Setiap analisis karakteristik tertentu
informasi visual dan pasess hasil analisis ini ke daerah lain dalam hirarki.
Menurut Christine dan Kenney
(2000), terjadi persepsi visual, dimana lingkaran yang dikelilingi oleh
lingkaran lebih kecil terlihat lebih besar ukurannya dibandingkan dengan
lingkaran yang lebih besar hal ini dikarena kan sekeliling lingkaran yang
menjadi pembanding. Stimulus merupakan suatu sistem adatif yang berespons
atau seseuatu yang didapat dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, yang dapat diproses kedalam otak. Persepsi visual didapatkan dari
penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan
menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk
melihat adalah mata.
: Kertas bergambar lingkaran putih, yang satu (sebelah
kiri) dikelilingi bulatan-bulatan putih yang lebih kecil dari pada bulatan
putih utama, sedangkan yang satu lagi, lingkaran putih yang di tengah
dikelilingi oelh bulatan-bulatan putinh yang lebih besar dari lingkaran
utama.
:
Subjek
diberikan kertas bergambar lingkaran yang dikelilingi lingkaran. Subjek
mengamati gambar tersebut dan menganalisis apakah lingkaran utama objek
tersebut sama lebar atau tidak.
: Hasil
percobaan
1.1Lingkarannya ukurannya sama
Hasil
sebenarnya
1.1 Dua bulatan utama tersebut sama besar.
:
Percobaan lingkaran yang sama atau
beda, merupakan percobaan yang bedasarkan persepsi. Salah satu persepsi
menurut Plotnik yang dilakukan dalam percobaan ini adalah ukuran dan bentuk.
Jika diperhatikan lebih lama, persepsi yang dilihat dalan lingkaran utama
akan terasa perbedaan. Maka, persepsi setiap orang berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh lingkungan dan keadaan individu atau subjek tersebut.
:
Basuki, M. H. (2008). Psikologi umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Carlson,
N. R. (2003). Physiology of behavior.
New York: Pearson.
Ganong,
W. F. (2008). Fisiologi kedokteran. Jakarta:
EGC.
|
Komentar
Posting Komentar