1.
|
Percobaan
|
:
|
Indera Pendengaran (Penghantar aerotymponal dan craniotymponal pada pendengaran).
|
|
Nama
Percobaan
|
:
|
Percobaan rine
|
|
Nama
Subjek Percobaan
|
:
|
Anzai Novitasari
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a.
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui
udara lebih baik daripada tulang.
|
|
b.
Dasar Teori
|
:
|
Suara
adalah pergerakan dari molekul udara yang dibawa oleh suatu sumber getaran.
Suara, setelah sampai ke bagian luar telinga dalam bentuk getaran seperti
gelombang, dialirkan ke kanal auditori, suatu jalur berbentuk tabung yang
mengarah ke gendang telinga. Gendang telinga adalah bagian dari telinga yang
bergetar ketika gelombang suara menghantamnya. Telinga bagian dalam adalah
bagian dari telinga yang mengubah getaran suara menjadi suatu bentuk yang
dapat disalurka ke otak. Ketika suara memasuki telinga dalam melalui jendela
oval, suara ini kemudian bergerak menuju koklea atau rumah siput, suatu
tabung lengkung yang terlihat seperti seekor siput dan dipenuhi dengan cairan
yang bergetar sebagai respons terhadap suara. Didalam koklea tersebut
terdapat membran basilar, suatu struktur yang terletak menuju pusat koklea,
membagi koklea ini menjadi ruang atas dan ruang bawah. Membran basilar ini
dilingkupi oleh sel rambut.
Kita
dapat melihat pengeras suara bergerak ketika
nada rendah dimainkan karena suatu karekteristik primer dari suatu
yang disebut frekuensi. Frekuensi adalah jumlah siklus gelombang yang terjadi
dalam satu detik. Frekuensi yang rendah diterjemahkan dalam suatu suara
dengan nada yang sangat rendah pula. Misalnya, frekuensi terendah yang dapat
didengar oleh manusia adalah 20 siklus perdetik. Pada bagian teratas dari
spektrum suara, manusia dapat mendeteksi suara dengan frekuensi setinggi
20.000 siklus per detik. Amplitudo adalah suatu bagian dari pola gelombang
yang membuat kita dapat membedakan suara yang keras dan suara yang lembut.
Amplitudo adalah jarak antara puncak dan lembah tekanan udara dalam suatu
gelombang suara ketika berjalan diudara.
Tes
rinne mendeteksi tuli konduktif. Dalam keadaan normal, hantaran suara melalui
udara lebih baik dari pada hantaran suara melalui tulang. Jika penyakit
menghalangi hantaran gelombang suara yang normal, maka hantaran melalui
tulang akan mengatasi kesulitan ini. Untuk melakukan tes rinne, getarkanlah
garpu tala dan pasanglah tangkainya pada prosesus mastoideus. Garpu tala
dengan 512 getaran/detik adalah yang paling tepat. Tes rinne garpu tala yang
sedang bergetar mula-mula dipasang pada prosesus mastoideus sampai pasien sudah tidak dapat mendengar lagi
bunyi tersebut. Garpu tala tersebut kemudian di letakan di dekat telinga, dan
pasien di tanya apakah ia dapat mendengar bunyi itu lagi. Biasanya hantaran
udara lebih baik dari pada hantaran tulang
Tes weber garpu tala yang sedang bergetar
di pasang di tengah-tengah kepala dibelakang sinus frontalis. Pasien di tanya
apakah ia mendengar bunyi tersebut lebih kuat pada satu telinga.
|
|
c.
Alat yang digunakan
|
:
|
Garputala.
|
|
d.
Jalannya Percobaan
|
:
|
1.1 Peganglah bagian bawah pada garputala. Setelah itu akan
diberikan instruksi untuk mengetuk bagian tengah garputala ke arah kursi Setelah di ketuk kemudian letakkan garpu tala di atas kepala.
Lalu letakkanlah didepan lubang telinga dan berikanlah
jawaban apakah bunyinya masih terdengar atau tidak.
1.2 Ketukan kembali garputala sampai ada getaran lalu
letakkan garputala di belakang telinga sampai getarannya hampir hilang lalu
letakan di depan lubang telinga.
|
|
e.
Hasil Percobaan
|
:
|
Hasil Percobaan
1.1 Terdengar Suaranya.
1.2 Terdengar suaranya
Hasil
Sebenarnya.
1.1
Suara
garputala sudah tidak terdengar ketika di letakkan di puncakmkepala, masih
tetap terdengar ketika garputala itu ditempatkan di depan lubang telinga.
1.2
Suaranya dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Semakin besar garputala semakin berat suaranya
1.3
Jika garputala dan
telinga disejajarkan makan akan bagus
1.4
Pada orang tua
relastisitas membrane thympany kurang berfungsi dengan baik
1.5
Membrane thympany
menggetrakan maieus incus stapes sehingga terdengar suara
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Telinga mempunyai 3 bagian utama, yaitu bagian luar, tengah, dan
dalam. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000
Hz. Dalam keadaan normal, hantaran suara melalui udara lebih baik dari pada
hantaran suara melalui tulang. Garpu tala yang diletakkan diatas kepala
sebelumnya dan kemudian diletakkan sejajar dengan lubang telinga, memiliki
hasil suara yang kecil dibandingkan dengan garpu tala yang diletakkan
dibelakang daun telinga sebelumnya, karena memiliki suara yang lebih besar.
|
|
g. Daftar pustaka
|
:
|
Burnside, John W. (1990) Diagnosis fisik.
Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Feldman, Robert S.
(2012) Pengantar psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Heru, A. M. Basuki. (2008) Psikologi umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
|
2.
|
Percobaan
|
:
|
Indera
Pendengaran (Penghantar aerotymponal dan
craniotymponal pada pendengaran).
|
|
Nama Percobaan
|
:
|
Tempat
sumber bunyi
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Anzai
Novitasari
|
|
Tempat
Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk
menenukan sumber bunyi.
|
|
b. Dasar Teori
|
:
|
Indera pendengaran berperan penting terhadap partisipasi seseorang dalam
aktifitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Manusia hanya dapat
mendengar. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20-20000 Hz
(Herzt). Bunyi yang datang dari suatu sumber yang ada didalam bidang meridian
yamng melalui tubuh manusia dan terdapat dimuka, diatas ataupun dibelakangnya
akan mencapai telinga dalam waktu bersamaan. Apabila sumber bunyi ada di
sebelah kiri, maka telinga kiri yang dahulu mendengarkannya. Oleh karena itu
timbul kesan bahwa sumber bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu
yangs ama pada kedua telinga kita, kita akan kesulitan menentukan sumber
bunyi. Telinga adalah organ pengindraan dalam fungsi ganda dan kompleks
(pendegaran dan keseimbangan ). Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari hari. Sangat penting
untuk perkembangan normal dam peliharaan bicara, dan kemapuan mendengar.
Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya
pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pedengaran
sebelumnya dengan ambang setelah adanya pajanan bising (satuan yang dipakai
adalah desibel (dB) ). Telinga manusia terdiri dari tiga bagian yang pertama
telinga luar, yang memiliki fungsi menangkap rangsangan getaran suara atau
bunyi dari luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga luar. Yang kedua
telinga tengah atau ruang timpani, berfungsi untuk menghantarkan suara atau
bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Pada telinga bagian tengah terdapat
tulang-tulang pendengaran yaitu martil, inkus, dan stapes. Dan yang ketiga
telinga dalam, berfungsi menerima getaran suara atau bunyi yang disampaikan
oleh telinga tengah. Didalam telinga bagian dalam terdapat koklea atau yang
biasa dikenal dengan rumah siput, koklea adalah saluran spiral yang terdiri
atas skala vestibuli terletak dibagian dorsal, skala media terletak dibagian
tengah, dan skala timpani terletak dibagian ventral serta berisi cairan
perilimf dan permukaan dalamnya merupakan tempat bermuara saraf. Ujung saraf
terebut peka terhadap getaran yang ditimbulkan oleh cairan tersebut. Semua
ujung saraf tersebut membentuk saraf pendengaran. Suara ditimbukan oleh
getaran yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya
berbeda-beda.
|
|
c.
Alat yang digunakan
|
:
|
Pipa karet.
|
|
d.
Jalannya Percobaan
|
:
|
1.1 Disediakan pipa karet oleh penguji. Pipa karet
tersebut diletakkan pada ujung-ujung lubang telinga tapi jangan terlalu
menempel. Setelah itu, penguji akan memencet bagian kanan, kiri atau tengah
pipa karet, lalu subjek diminta untuk menebak dari mana suara berasal.
|
|
e.
Hasil Percobaan
|
:
|
Hasil percobaan
1.1
Hasilnya benar semua 2/3.
Hasil
Sebenarnya.
1.1 Subjek masih dapat membedakan
suara pipa kiri dan kanan dianggap
normal, namun suara tengah sedikit sulit.
|
|
f.
Kesimpulan
|
:
|
Indera pendengaran berperan penting terhadap partisipasi seseorang dalam
aktifitas kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki pendengaran yang
baik, akan bisa menentukan arah sumber bunyi. Percobaan pipa karet, merupakan
salah satu percobaan dimana seseorang bisa menentukan darimana sumber bunyi
berasal. Pendengaran praktikan di anggap normal jika masih dapat mem-bedakan
suara pipa karet dari kanan dan kiri, namun akan terasa sulit menebak bila
suara pipa karet berasal dari tengah.
|
|
g.
Daftar pustaka
|
:
|
Irawan, Rudi. (2012). Buku Penginderaan manusia. Jakarta: Global Media
Kimball, John W. (1992). Biologi Indera pendengaran. Jakarta : Erlangga.
Miyoso, D.P., Mewengkang, L.N., & Aritomoyo, D., (1985). Diagnosis kekurangan pendengaran
pada cermin dunia
kedokteran. Jakarta: EGC.
|
3.
|
Percobaan
|
:
|
Indera Pendengaran (Penghantar aerotymponal dan craniotymponal pada pendengaran).
|
|
Nama
Percobaan
|
:
|
Pemeriksaan ketajaman pendengaran.
|
|
Nama
Subjek Percobaan
|
:
|
Anzai Novitasari
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a.
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk memeriksa ketajaman pendengaran.
|
|
b.
Dasar Teori
|
:
|
Menurut Basuki (2008), telinga dalam
memiliki dua komponen utama yang dibungkus dengan rongga tulang yaitu cochlea
yang turut berperan serta dalam proses pendengaran dan sistem vestibular yang
memiliki peran dalam menjaga keseimbangan. Cochlea terletak pada telinga
bagian dalam, yang bagian luarnya mempunyai tulang bergulung yang menyerupai
rumah siput. Cochlea berisi alat penerima untuk mendengar, dan berfungsi
untuk melakukan transduksi mengubah getaran menjadi rangsangan syaraf yang
dikirim ke otak untuk diproses menjadi informasi pendengaran.
Menurut Puspitawati (2014), dalam
sistem auditori hanya terdapat sebuah jaringan jalur auditori yang kompleks
dan tidak ada jalur utama ke korteks seperti dalam sistem visual yang
memiliki jalur utama ke korteks seperti dalam sistem visual yang memiliki
jalur retinal genikulat striatum. Jalur dalam sistem auditori dari telinga
menuju korteks auditori primer seperti akson-akson dari saraf auditori
akan bersinapsis di nuklei kokhlea kemudian banyak proyeksi ke arah superior
olives di kedua sisi batang otak pada level yang sama. Lalu, akson-akson
neuron olivaria berproyeksi melalui lateral lemniscus ke inferior colliculi
(tempat sinapsis neuron-neuron). Selanjutnya, berproyeksi ke medial
geniculate nuclei di thalamus dan berproyeksi ke auditori korteks primer
Ganong (2008), beropini bahwa, impuls
naik dari nukleus koklear dorsalis dan ventralis melalui jalur rumit yang
menyilang. Pada hewan percobaan, terdapat pola lokalisasi nada yang teratur
di korteks auditory primer, seolah-olah koklea dibuka diatasnya. Pada
manusia, nada rendah terletak di bagian anterolateral dan nada tinggi di
posteromedial di korteks auditory. Pola ini biasanya berkembang pada awal
masa kehidupan, dan perkembangannya melambat jika hewan terpanjang dengan
suara bising tingkat rendah secara terus-menerus. Jika kebisingan tersebut
dihentikan, perkembangan akan pulih pada kecepatan normal.
Jalur pada sistem auditori lebih
kompleks dibandingkan dengan sistem visual yang lurus jalurnya. Karena telalu
kompleks, membuat analisis pada sistem auditori sulit, tetapi ada salah satu
sistem subkortikal yang mudah untuk dipahami sehingga memudahkan analisis,
yaitu adanya lokalisasi bunyi dalam ruang. Lokalisasi bunyi di ruangan
dimediasi oleh superior olives lateral dan medial, tetapi dengan cara yang
berbeda. Bila bunyi dari telinga kanan seseorang, maka pertama-tama getaran
akan masuk melalui gelombang udara ke telinga kanan sehingga terdengar keras
pada telinga kanan. Lalu sebagian nueuron dalam medial superior olives akan
merespons perbedaan tipis pada waktu sinyal-sinyal datang dari dua telinga,
sedangkan neuron dalam lateral superior olives akan merespons perbedaan tipis
dalam amplitudo bunyi dari kedua telinga.
|
|
c.
Alat yang digunakan
|
:
|
Stopwatch dan meteran
|
|
d.
Jalannya Percobaan
|
:
|
1.1 Subjek berdiri dan disiapkan stopwatch oleh
asisten lab, stopwatch yang dinyalakan akan digerakkan menjauhi telinga .
Setelah dijauhkan, subjek diminta untuk memberi tahu apabila suara detikkan
dari stopwatch sudah tidak terdengar. Penguji akan mengkur sejauh mana
jangkauan pendengaran subjek dengan meteran.
|
|
e.
Hasil Percobaan
|
:
|
Hasil percobaan
1.1 Telinga kanan 64 cm.
1.2 Telinga kiri 72 cm
Hasil
Sebenarnya.
1.1 Sangat dipengaruhi oleh
kebisingan, biasanya diatas rata-rata 50cm, telinga kanan dapat mendengar
jauh lebih jauh dari telinga kiri, hal ini pengaruhnya pada otak kanan dan
kiri.
|
|
f.
Kesimpulan
|
:
|
Fungsi utama indera pendengran manusia
yaitu untuk mendeteksi suara, menentukan lokasi sumber suara, dan
mengidentifikasi pola suara tertentu. Ketajaman pendengaran antara yang kanan
dan kiri pada manusia jelas berbeda, biasanya ketajaman telinga yang lebih
baik terletak di telinga bagian kanan.
|
|
g.
Daftar pustaka
|
:
|
Basuki,
H. (2008). Psikologi umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Ganong,
W.E. (2008). Buku ajar fisiologi
kedokteran. Jakarta: EGC.
Puspitawati,
I., Hapsari, I.I., & Suryaratri, R. D. (2014). Psikologi faal. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
|
4.
|
Percobaan
|
:
|
Keseimbangan.
|
|
Nama
Percobaan
|
:
|
Kedudukan kepala dan mata normal.
|
|
Nama
Subjek Percobaan
|
:
|
Anzai Novitasari
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a.
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk memahami bahwa cariran endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang)
akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu; memahami bahwa
keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sedia kala; melihat
adanya nistagmus.
|
|
b.
Dasar Teori
|
:
|
Indera pendengaran dan keseimbangan
terdapat di dalam telinga. Telinga
manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu
1. Telinga luar, yang menerima
gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang
suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini
diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus
akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan. Telinga bagian dalam
merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga
tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa
membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimph,
sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa
disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan
perilimph. Rongga yang terisi perilimph ini merupakan terusan
dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunan perilimph mirip
dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada
periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung
pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh
selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat.
Labirin terdiri atas tiga saluran
yang kompleks, yaitu vestibula, koklea (rumah siput) dan 3 buah
kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran). Vestibula
merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang koklea dan di
depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan
telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule).
Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus
dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua
struktur khusus yang disebut macula acustika, sebagai indra
keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel
reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh
sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang
mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit.
Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan
menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear
yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls
saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak. Ketika kepala bergerak akibat
terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas sel-sel
rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi
impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.
|
|
c.
Alat yang digunakan
|
:
|
Individu.
|
|
d.
Jalannya Percobaan
|
:
|
1.1 Praktikan diminta untuk lurus menghadap ke
penguji, lalu jalan kearah asisten lab , setelah itu praktikan berjalan putar
balik dan membuang muka (sedikit dihentakkan) ke arah kanan lalu lanjut jalan
dan arahkan ke kiri juga.
|
|
e.
Hasil Percobaan
|
:
|
Hasil Percobaan
1.1 Gerakan tubuh tidak seimbang saat jalan
Hasil
Sebenarnya.
1.1
Dalam sikap tubuh
biasa, praktikan dapat berjalan lurus/ tidak mengalami kesulitan.
1.2
Dalam sikap tubuh
dengan muka dibuang ke kanan/kiri praktikan tidak dapat berjalan lurus ̶> biasanya jalan ke kanan/kiri.
|
|
f.
Kesimpulan
|
:
|
Telinga terdiri dari 3 bagian,
yaitu bagian
luar, tengah dan dalam. Pada
bagian dalam telinga terdapat cairan endolimph dan perilimph
yang apabila digoncangkan akan berpengaruh pada keseimbangan. Ketika kepala
bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir
di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan
mengubahnya menjadi impuls saraf. Pada percobaan diatas, saat subjek berjalan
lurus dengan posisi kepala normal subjek dapat berjalan dengan baik
dikarenakan cairan endolimph dan perilimph yang terdapat di
dalam telinga belum mengalami goncangan, sedangkan setelah kepala
digoncangkan subjek berjalan miring/tidak lurus yang dikarenakan terjadinya
gangguan keseimbangan yang dibabkankan adanya goncangan pada cairan endolimph
dan perilimph.
|
|
g.
Daftar pustaka
|
:
|
Atkinson.
(1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta:
Erlangga
Evelyn, C. (2000). Anatomi dan
Fisiologi
untuk
Paramedis.
Jakarta: PT. Gramedia
Syaifuddin.
(2009). Anatomi Tubuh
manusia
untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
|
5.
|
Percobaan
|
:
|
Keseimbangan
|
|
Nama
Percobaan
|
:
|
Kanalis semisirkularis horizontalis.
|
|
Nama
Subjek Percobaan
|
:
|
Anzai Novitasari
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a.
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk memahami bahwa cariran endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang)
akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu; memahami bahwa
keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sedia kala; melihat
adanya nistagmus.
|
|
b.
Dasar Teori
|
:
|
Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang
yang terletak di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari
masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula.
Masing-masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula
terdapat Krista akustika, sehingga organ indra keseimbangan
dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap
gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista
akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel
penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor
disini distimulasi oleh gerakan endolimph. Ketika kepala bergerak
akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas
sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya
menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Terdapat 3 buah
kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang
membentuk sudut 90° satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk 2/3
lingkaran, berdiameter antara 0,8 – 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat
pada bagian ampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis
semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior
bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum.
Gangguan keseimbangan dapat diakibatkan oleh gangguan yang mempengaruhi vestibular
pathway, serebelum atau sensory pathway pada medula spinalis
atau nervus perifer. Gangguan keseimbangan dapat menimbulkan satu atau
keduanya dari dua tanda kardinal: vertigo – suatu ilusi tubuh
atau pergerakan lingkungan, atau ataxia – inkoordinasi tungkai
atau langkah. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi
tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungan yang dengan ruang internal.
Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirin, dan
input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang
otak dan serebelum.
|
|
c.
Alat yang digunakan
|
:
|
Individu
|
|
d.
Jalannya Percobaan
|
:
|
1.1 Praktikan berdiri tegap dengan keadaan dagu menempel
dengan dada. Lalu akan diputarkan 3x untuk wanita dan 5x untuk lelaki. Setelah
diputar, praktikan diminta berjalan
mengahampiri asisten lab yang sudah berada di depan . Setelah sampai akan diputar dengan kondisi badan yang sama.
|
|
e.
Hasil Percobaan
|
:
|
Hasil Percobaan
1.1 Putaran pertama yaitu putaran ke
kanan gerakan badan tidak seimbang
saat berjalan
1.2 Putaran kedua yaitu putaran ke kiri gerak
badan seimbang saat berjalan
Hasil
Sebenarnya.
1.1
Percobaan 1
̶> biasanya mengalami kesulitan untuk berjalan lurus ̶> normal, karena cairan endolimph, perilimph terganggu/
bergejolak.
1.2 Percobaan 2 ̶> biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan untuk berjalan lurus
seperti percobaan 1 ̶> karena
cairan endolimph, dan perilimph normal kembali.
|
|
f.
Kesimpulan
|
:
|
Di bagian dalam telinga terdapat
cairan
endolimph dan perilimph yang
berhubungan dengan fungsi keseimbangan tubuh. Ketika kepala bergerak akibat
terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas sel-sel
rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi
impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Hal tersebut dibuktikan pada
percobaan di atas, dimana subjek merasa puisng pada saat berjalan setelah
tubuh diputar untuk pertama kali, sedangkan pada saat berjalan setelah
diputar untuk yang kedua kali subjek tidak terlalu pusing. Hal tersebut
dikarenakan cairan yang diawal digoncangkan sudah mulai menyesuaikan diri dan
normal kembali.
|
|
g.
Daftar pustaka
|
:
|
Atkinson. (1983). Pengantar
Psikologi.
Jakarta: Erlangga
Evelyn, C. (2000). Anatomi dan
Fisiologi
untuk
paramedis.
Jakarta: PT. Gramedia
Syaifuddin.
(2009). Anatomi Tubuh
manusia
untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
|
6.
|
Percobaan
|
:
|
Keseimbangan
|
|
Nama
Percobaan
|
:
|
Nistagmus
|
|
Nama
Subjek Percobaan
|
:
|
Anzai Novitasari
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a.
Tujuan Percobaan
|
:
|
Untuk memahami bahwa cariran endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang)
akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu; memahami bahwa
keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sedia kala; melihat
adanya nistagmus.
|
|
b.
Dasar Teori
|
:
|
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat
dari kiri ke kanan atau dari atas
ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa.
Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara
tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. Untuk menguji
keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu
garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Tes
pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran. Selain itu kita bisa secara pribadi mengadakan
terapi rehabilitasi vestibular merupakan terapi fisik untuk
menyembuhkan vertigo, Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi
pusing, meningkatkan keseimbangan dan mencegah seorang jatuh dengan
mengembalikan fungsi sistem vestibular. Nistagmus adalah
sesuatu gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga bagian dalam
tergangu sehingga menyebabkan pandangan berkunang-kunang, kepala menjadi
pusing. Jika anda melihat seeorang yang matanya bergerak-gerak cepat,
dia mungkin bermaksud tidak baik atau mungkin itu merupakan tanda nistagmus,
sebuah kondisi yang melibatkan pergerakan mata di luar kemauan yang menyentak
yang bisanya terjadi pada ke dua mata. Nistagmus dapat menyebabkan
salah satu atau kedua mata bergerak bolak-balik atas bawah atau bahkan
berputar-putar. Pergerakan mata tersebut mungkin terjadi secara terus menerus
atau secara berkala dan berlangsung selama beberapa menit atau beberapa jam.
Kecuali kondisi itu mempengaruhi pengelihatan mereka atau ada orang lain yang
mem-beritahukannya. Orang - orang dengan nistagmus mungkin tidak sadar mereka
mengalami kondisi ini. Nistagmus mungkin salah satu penyakit Graves
dan juga ada ganguan telinga bagian dalam seperti penyakit meniere.
|
|
c.
Alat yang digunakan
|
:
|
Individu
|
|
d.
Jalannya Percobaan
|
:
|
1.
1 Subjek diminta untuk berposisi
seperti
|
|
e.
Hasil Percobaan
|
:
|
Hasil Percobaan
1.1 Gerakan badan saat jalan seimbang
dan merasa pusing
Hasil
Sebenarnya.
1.1
Biasanya pandangan
kabur/ berkunang-kunang.
1.2
Apa yang dilihat
menjadi berputar-putar.
|
|
f.
Kesimpulan
|
:
|
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat
dari kiri ke kanan atau dari atas
ke bawah. Nistagmus merupakan sesuatu gejala yang timbul akibat
keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan pandangan
berkunang-kunang, dan kepala menjadi pusing. Nistagmus dapat di
timbulkan dengan gerakan secara cepat dan tiba-tiba. Dengan adanya Nistagmus
dapat diindikasi bahwa orang tersebut mengalami gangguan telinga bagian dalam
atau terkena penyakit tertentu seperti penyakit Graves dan penyakit meniere.
|
|
g.
Daftar pustaka
|
:
|
Atkinson. (1983). Pengantar
Psikologi.
Jakarta: Erlangga
Evelyn, C. (2000). Anatomi dan
Fisiologi
untuk
paramedis.
Jakarta: PT. Gramedia
Syaifuddin.
(2009). Anatomi Tubuh
manusia
untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
|
Komentar
Posting Komentar