Etika Politik, Pancasila dan Psikologi

Hubungan Antara Etika Politik dan Pancasila terhadap Psikologi

Etika politik merupakan suatu cabang dalam ilmu etika yang membahas hakikat manusia sebagai makhluk yang berpolitik dan tentang pandangan norma, nilai-nilai dan norma yang dipakai di dalam kegiatan tersebut. Adapun konsep yang berkaitan dengan pancasila sebagai sistem etika yaitu poin-poin yang terkandung di dalam pancasila

Sila ke 1 : “Ketuhanan Yang Maha Esa”
                : Anggota partai politik harus mempunyai 1 agama tetap.

Sila ke 2  : “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
       : Pembentukan Komini Nasional Hak Asasi Manusia merupakan salah satu bentuk negara melindungi.

Sila ke 3  : “Persatuan Indonesia”
                : Pemerintah harus menerapkan persatuan.

Sila ke 4  : “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Khimat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”
                 : Anggota dewan melaksanakan musyawarah dan mufakat untuk mencapai tujuan bersama.

Sila ke 5   : “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
                  : Undang-undang harus ditaati semua warga termasuk perwakilan rakyat terkecuali


Ada juga hubungan politik dengan psikologi. Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam bidang politik, terutama yang dinamakan “massa psikologi”. Kegunaan psikologi, khususnya psikologi sosial dalam analis politik. Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi eksternal (lingkungan sosial, fisik : peristiwa-peristiwa, gerakan-gerakan massa) ataupun dari segi internal (kesehatan fisik perseorangan, semangat, dan emosi).


Psikologi sosial dapat pula menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap kegiatan yang dianggapnya baru,asing, ataupun berlainan dengan konsensus masyarakat mengenai gejala sosial tertentu.Psikologi sosial juga dapat menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation) masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan sosial (confromity)


Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umu adalah identifikasi partai.Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Dalam hal pendekatan psikologis, seperti namanya, pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan ini, para pemilih di Amerika Serikat memnentukan pilihan karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang menentukan dalam memengaruhi perilaku pemilih.


Sumber:
Soepomo,Veronika,M.Si.Psikologi
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
London School of Public Relations (LSPR),Jakarta

Bandung : PT Pusaka Setia

Komentar